Bintang Evil Geniuses Artour “Arteezy” Babaev adalah seorang veteran Dota 2 yang telah memainkan hampir 2.000 pertandingan profesional. Dia beralih dari posisi midlaner menjadi salah satu hard carry terbaik dan paling konsisten di scene kompetitif Dota 2.

Semua orang pasti mulai dari suatu tempat, kepada ONE Esports Arteezy menceritakan perjalanannya di scene profesional Dota 2, bagaimana Danil “Dendi” Ishutin menginspirasinya, dan turnamen MLG Columbus yang melambungkan namanya di jagat Dota 2.

Arteezy: “Dendi membuatku ingin menjadi midlaner terbaik”

Kredit: TL.net

Ketika hard carry EG mulai bermain Dota 2, dia melakukannya hanya karena game tersebut “terlihat menyenangkan”. Dia menyanjung Dendi, superstar lawas Dota 2, karena ia memicu naluri kompetitifnya.

“Dia mengatakan hal-hal yang belum pernah saya dengar, menggunakan frasa seperti creep aggro, kata-kata yang tidak saya ketahui saat itu,” kata Arteezy. “Saat itulah saya berkata pada diri sendiri bahwa saya ingin menjadi midlaner terbaik.”

Pemain berusia 25 tahun itu melakukan 1v1 dengan teman-temannya setiap hari, sangat fokus pada lima menit pertama dari tahap laning, dengan “tidak peduli” soal sisa pertandingan.

Pengalaman pertamanya di dunia Dota 2 kompetitif adalah saat bermain di turnamen online “The Defense” dengan Team Kaipi yang dikapteni Jacky “EternaLEnVy” Mao. Kala itu ia berkesempatan untuk bermain melawan Pudge legendaris Dendi, di saat yang sama ia juga menyadari bahwa berpartisipasi di turnamen eropa dengan 180 ping dari Kanada adalah keputusan yang tidak bijak.

“Saya benar-benar marah,” kenangnya. “Aku tidak bisa menghindari Hook. Dan setelah itu, saya ditendang [dari tim] karena saya masih sekolah.”



MLG Columbus titik awal parjalanan karier profesional Arteezy

Arteezy mulai bermain secara profesional saat masih di sekolah menengah atas, ia tidak seharusnya bermain Dota profesional sedini ini. Tetapi panggilan untuk menggantikan Pittner “bOne7” Armand dari Speed ​​Gaming di MLG Columbus pada tahun 2013 terlalu sulit untuk ditolak.

“Saya harus meyakinkan ibu untuk mengizinkan saya pergi ke Amerika,” kata Arteezy. “Saya mengatakan kepadanya bahwa ini adalah kesempatan untuk mengetahui bagaimana rasanya (bertanding di turnamen profesional).”

Akhirnya, orang tua Arteezy memberinya restu. Namun perjuangannya terus dihadang hambatan besar. Arteezy tidak mendapatkan tiket pesawat dan tidak dapat melakukan penerbangan langsung ke turnamen tersebut, tiga anggota timnya naik beberapa pesawat dan bus, dengan total 30 jam perjalanan sampai akhirnya tiba.

Karena jetlag dan kelelahan, Speed ​​Gaming memulai turnamen dengan buruk, kehilangan tiga pertandingan pertama dalam dua hari.

“Saya merasa sangat tidak nyaman… Saya merasa klik saya tidak bagus,” kata Arteezy. “Tapi kemudian setelah beberapa waktu, saya berkata, saya akan melakukan apa yang saya bisa.”

Speed ​​Gaming harus memenangkan lima pertandingan tersisa di hari ketiga jika ingin lolos ke babak playoff. Dan mereka benar-benar melakukannya, mengalahkan Natus Vincere yang baru saja finis kedua di TI3, dan supertim asal China Team DK yang baru dibentuk. Arteezy dkk terus melaju kencang memanfaatkan momentum positif hingga berhasil menjadi juara. Di partai puncak mereka melakukan comeback luar biasa mengalahkan Team DK setelah menjalani game awal berdurasi 85 menit yang menguras mental.

“Saya menyadari bahwa lima menit saya membuahkan hasil,” kata Arteezy. “Saya pikir saya adalah laner terbaik karena saya mengalahkan pemain hebat seperti Mushi.”

Kesempatan untuk bergabung dengan Evil Geniuses

Arteezy, Evil Geniuses, WePlay AniMajor, Group Stage
Kredit: ONE Esports

Tak lama setelah memenangkan MLG Columbus, Arteezy dihubungi oleh CEO EG untuk membangun tim baru dan membuat langkah pertamanya menjadi pemain profesional Dota 2 sepenuhnya.

“Setelah saya pulang membawa uang, ayah saya senang,” katanya. “Dia seperti, ‘Oke, setelah kamu menyelesaikan sekolah menengah, kamu bisa melakukannya.'”

Tapi dia sadar dia tidak punya waktu, karena jadwal ujiannya bentrok dengan tanggal The International. Tapi pada akhirnya ia berhasil lulus satu setengah tahun kemudian berkat seorang guru matematika yang pengertian.

Selain Arteezy, EG juga mendatangkan pemain yang kini menjadi legenda Dota Amerika Utara seperti Clinton “Fear” Loomis, Saahil “UNiVeRsE” Arora, dan Peter “ppd” Dager.

“Saat itulah saya mulai benar-benar belajar tentang Dota selepas lima menit pertama,” kata Arteezy.

Sejak saat itu, dia terus menorehkan prestasi dengan mengumpulkan berbagai gelar juara, penghargaan, dan bermain dengan beberapa pemain terbaik di dunia di EG dan Team Secret. Tak ada alasan untuk tidak memasukan dirinya ke dalam daftar pemain Dota 2 terbaik sepanjang sejarah.

Ikuti ONE Esports di Facebook untuk berita, panduan, dan highlight Dota 2 lainnya.

BACA JUGA: Apa itu Dota Pro Circuit (DPC)? Ini penjelasannya