Bangun chemistry tim Valorant tentu dapat dilakukan dengan berbagai cara. Entah itu dari bonding yang umum dilakukan oleh tim-tim profesional pada umumnya, atau mungkin ada cara unik yang dilakukan berbeda dengan tim lainnya.

Sebagai salah satu tim Valorant asal Jepang, Northeption yang merupakan tim dengan komposisi pemain asal Jepang dan Korea ternyata memiliki cara unik dalam membangun chemistry mereka. Mulai dari segi taktis, hingga komunikasi ternyata menjadi kunci penting mereka membangun sebuah tim Valorant yang mampu menembus kompetisi tingkat dunia.

Kemenangan mereka atas ZETA Division 3-1 pada babak final kualifikasi VCT regional Jepang bukanlah diraih dengan mudah. Sebagai sebuah tim campuran Korea-Jepang, ada beberapa penyesuaian yang ternyata sudah disepakati oleh mereka yakni masalah bahasa.

Bangun chemistry tim Valorant
Kredit: Riot Games


Diketahui, tim Northeption berkomunikasi aktif dengan dua bahasa yakni Jepang dan Korea. Hal itu telah disampaikan oleh salah seorang pemain mereka, Tomoki “xnfri” Mariya. Satu hal menarik dari kedua sisi pemain tim ini, pemain berkebangsaan Jepang tidak memahami bahasa Korea, namun para pemain dari Korea juga tidak mengerti bahasa Jepang, kecuali JoXJo.

Lantas bagaimanakah cara bangun chemistry tim Valorant ala Northeption sehingga performa mereka berjalan dengan baik? Simak ulasan ONE Esports berikut ini.


Cara unik Northeption bangun chemistry tim Valorant dengan dua bahasa

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, Northeption yang terdiri atas pemain Korea dan juga Jepang melakoni setiap permainan mereka dengan metode bilingual/dua-bahasa.



Dua pemain asal Korea, yakni Kim “Meteor” Tae-O dan Cho “JoXJo” Byung Yeon berkomunikasi memakai bahasa Korea sementara Xnfri dan lainnya memakai bahasa Jepang. Akan tetapi, JoXJo mampu menjadi sosok yang menjembatani komunikasi semua pemain di dalam tim.

Xnfri mengungkapkan jika kemampuan JoXJo berbahasa Jepang cukup baik sehingga ia bisa memberi penerjemahan yang baik kepada rekan senegaranya Meteor.

Bangun chemistry tim Valorant
Kredit: Riot Games

“JoXJo-lah yang menjadi jembatan atau penghubung komunikasi di dalam tim kami karena ia menguasai bahasa Jepang dan Korea,” ujarnya.


Kendala bahasa atau tim yang memiliki pemain campuran di dalam rosternya bukanlah menjadi kejadian baru/fenomena baru di dalam urusan bangun chemistry tim Valorant. Namun urusan bahasa merupakan kunci penting dalam membangun komunikasi yang baik dan padu di dalam tim terutama menyangkut urusan bangun chemistry tim Valorant.

Tak jarang, kendala bahasa menjadi bumerang bagi tim dengan roster kebangsaan campuran (kecuali tim Internasional yang umumnya berbahasa Inggris). Salah satu tim Jepang lainnya, Crazy Racoon terbukti kurang berhasil menerapkan perpaduan antara roster Korea-Jepang dan membuat mereka terhenti di awal pada setiap gelaran Internasional.

Kasus lain terjadi pada tim Cloud9 dimana sang kapten Antony “Vanity” Malaspina mengungkap jika ia dan timnya memiliki kesan buruk bermain dengan roster campuran ketika mereka masih bermain dengan Son “Xeta” Seon-Ho yang berkebangsaan Korea.

Cloud9
Cloud9 Valorant Team | Kredit: Cloud9 (Instagram)

“Permasalahan komunikasi yang mungkin masih menjadi masalah kami cukup pelik dan sebenarnya itu bukanlah kesalahan dirinya (Xeta) sepenuhnya,” ungkap Vanity.

Mungkin terkesan unik jika sebuah tim harus menggunakan dua bahasa dalam membangun pola interaksi di dalam permainan seiring hal tersebut adalah hal yang riskan. Efisisensi dalam menjalankan komunikasi di dalam tim merupakan satu kunci penting dalam meraih kemenangan.

Kendati demikian, jika hal tersebut memang berhasil bagi tim Northeption, semoga tim lain dapat belajar banyak dari pengalaman yang sudah dibangun oleh tim asal Jepang ini. Kendala bahasa dan asal negara yang berbeda tidak menjadi jurang pemisah antar pemain.

BACA JUGA : Shroud beberkan alasan dan misi besar comeback bersama Sentinels