GD GIDS menjadi wakil Indonesia terakhir yang akan menjalani rangkaian Group Stage PMGC 2022 di Group YELLOW pada Kamis, (24/11).

Sebagai wakil Indonesia terakhir, tentunya GD GIDS sudah belajar banyak dari dua wakil pendahulu yakni Bigetron RA dan EVOS Reborn di mana EVOS gagal bertahan di PMGC 2022 dan menjadi wakil Indonesia pertama yang gugur.

Walaupun mereka berstatus sebagai tim dengan predikat 2 kali juara PMPL ID, tetap saja performa di PMPL SEA tidak mendukung kekuatan besar dari GD GIDS sebagai wakil Indonesia. Sebagai salah satu pilar ternama, Sakaria “NiciL” Hontong angkat bicara.



Performa GD GIDS yang cenderung naik-turun alias ‘telat panas’ diyakini menjadi salah satu kelemahan tim besutan Bangpen tersebut. Namun, NiciL berusaha menjelaskan sebenarnya apa yang terjadi di balik asumsi ‘telat panas’ terhadap timnya.

Bagaimana penjelasan NiciL mengenai hal tersebut? Apakah menuju PMGC 2022 nantinya kelemahan tim sudah diatasi bersama?


Dianggap menjadi kelemahan GD GIDS, NiciL beberkan alasan di balik ‘telat panas’

GD GIDS, PMGC 2022, Genesis Dogma, PUBG Mobile
Kredit: GD NiciL

Melalui sesi wawancara media bersama PUBG Mobile Indonesia, NiciL mewakili GD GIDS menjawab ONE Esports terkait asumsi publik terkait performa ‘telat panas’ timnya. Menurut NiciL, sebenarnya timnya bukan ‘telat panas’ melainkan adaptasi permainan.

“Untuk banyak yang bilang kami ‘telat panas’ itu sebenarnya tidak demikian. Ada beberapa faktor seperti adaptasi rotasi dari IGL kami seperti membaca bagaimana lawan kami permainannya. Untuk PMGC ada 24 match kami mungkin akan adaptasi dalam 3 match,”

“Dalam 3 match tersebut kami berusaha untuk beradaptasi. Kami tidak memiliki coach/analyst, jadi kalau dibilang ‘telat panas’ ya karena kami berusaha untuk adaptasi dengan baik. Kami jadikan setiap match tersebut sebagai panduan kedepannya,” ucap NiciL.

Walau kesannya dicap sebagai ‘telat panas’ NiciL mengakui jika timnya akan memaksimalkan setiap match yang terbuang untuk bisa dimaksimalkan menjadi hasil yang lebih baik kedepannya. Banyak tim yang mungkin menganggap remeh mereka, jadi hal tersebut dianggap NiciL sebagai motivasi besar untuk timnya membuktikan diri.

“Banyak yang menganggap kami ‘telat panas’, tapi kami tidak akan menyiakan setiap peluang. Kami tahu bagaimana cara untuk improve, di PMGC kami termotivasi ketika banyak yang meremehkan kami. Dari tim Thailand, akan kami buktikan kepada mereka,” sambungnya.


Ketiadaan sosok pelatih maupun analist diyakini NiciL tidak menjadi tekanan bagi timnya bertanding di PMGC 2022 Group YELLOW. Ia yakin, berbekal pengalaman yang sudah mereka jalani menjadi sebuah kekuatan yang cukup diunggulkan.

“Mengenai ketiadaan coach dan analis, semua bukan tekanan. Kami berempat bukan baru 1-2 tahun bermain bersama. Kami tumbuh mandiri sebagai tim yang juga turut mempelajari bagaimana peta kekuatan lawan, membuat kami mandiri tidak manja,”

“Ketika kami memiliki pelatih, kami terkesan bergantung padanya. Jadi terkesan pelatih yang selalu memberikan opsi-opsi, dan kami jadi malas. Pelatih memberikan banyak masukan, pemain hanya mengiyakan saja,”

Bigetron RA - La Flame
Doni “La Flame” Saputra | Kredit: Genesis Dogma (Instagram)

“Hal itu tidak membuat kami maju. Lebih baik seperti sekarang, walau ada kekurangan di satu pemain namun kami berusaha bersama-sama sebagai tim,” pungkasnya.

Saat ini, performa GD GIDS belum terlalu menonjol di PMGC 2022 Group YELLOW semoga nantinya mereka bisa memperbaiki keadaaan.

BACA JUGA : PMGC 2022: Jadwal, format, hasil pertandingan dan cara menonton