Eks player Dota 2 T1, Carlo “Kuku” Palad, memiliki pesan bagi semua pihak yang senang membanding-bandingkan prize pool dari scene kompetitif Dota 2 dan MLBB. Kedua game tersebut saat ini adalah yang paling populer di negara asalnya, Filipina.

Baru-baru ini, Kuku mendapat saran dari pengikutnya untuk mencoba terjun ke scene kompetitif MLBB setelah kontraknya sebagai pemain T1 telah berakhir. Komentar tersebut pun dibalas oleh sang pemain dengan “NXPE.Kuku^Jungler”.

Kuku has a message for those comparing the prize pool of Dota 2 and MLBB
Kredit: Nexplay Esports

Pembicaraan tentang langkah selanjutnya dari karier Kuku ini pun berlanjut dalam live streaming-nya. Pada kesempatan tersebut, ia pun sempat memberikan pesan kepada mereka yang senang membandingkan prize pool kedua game tersebut.


Kuku soal prize pool Dota 2 dan MLBB: Bukan hanya soal uang

Dota 2, Valve, The International 2019
Kredit: The International Flickr

Turnamen tertinggi Dota 2, The International (TI), dikenal sebagai ajang pemilik prize pool tertinggi di sepanjang sejarah esports. Saat ini, The International memiliki rekor kumpulan hadiah tertinggi mencapai US$40.018.195 atau lebih dari Rp623 miliar pada TI10.

Prize pool dari turnamen-turnamen Dota 2 dengan tier di bawah TI lainnya juga cukup tinggi untuk dibandingkan dengan esports game lainnya.

Di sisi lain, prize pool turnamen M Series terakhir, M3 World Championship 2021, sebesar US$800.000 atau sekitar Rp12,4 miliar. Sementara untuk turnamen regionalnya seperti MPL ID S10, kumpulan hadiah yang tersedia adalah sebesar US$300.000 atau Rp4,6 miliar.

Prize pool M3, M3 World Championship, MLBB

Dengan kata lain, prize pool dari turnamen tertinggi kedua game ini memang jauh dari kata setara. Namun, hal ini sering kali dijadikan perbandingan di komunitas esports Filipina, mengingat kedua game ini memang memiliki popularitas yang sama besarnya di sana.



Dota 2, Kuku, 23savage, MLBB, Mobile Legends

Mengenai hal ini, Kuku pun mengungkapkan pesan yang cukup tajam agar setiap orang berhenti membanding-bandingkan prize pool esports game satu dengan lainnya. Bagi player berusia 26 tahun itu, ia bersikeras bahwa ada alasan yang jauh lebih besar untuk menjadi pemain profesional selain uang.

“Bukan prize pool yang dilihat bos (petinggi organisasi). Di turnamen, hal utama yang dicari adalah kehormatan bahwa Anda adalah salah satu player terbaik dalam memainkan game ini,” kata Kuku.

Di sisi lain, Kuku juga menilai bahwa tidak buruk untuk menjadikan uang sebagai tujuan dan motivasi utama seorang pro player dalam berkarier dan bermain. Namun bagi mereka yang hanya memikirkan uang, Kuku percaya kariernya akan berakhir dengan cepat.

“Semua ini tentang passion (gairah). Ketika kalian fokus kepada uang, maka Anda akan kehilangan (karier) dengan cepat. Tetapi jika itu yang memotivasi Anda, uang hanyalah benda,” ucap Kuku.

“Jadi bagi kalian (pro player) yang bermain di Mobile Legends, meskipun hadiahnya kecil, tetapi itu adalah suatu kehormatan guys. Bukan hanya karena uangnya,” tuturnya.

Kuku has a message for those comparing the prize pool of Dota 2 and MLBB
Kredit: Moonton

Saat ini, Filipina tengah menjadi penguasa scen ekompetitif MLBB usai tim-tim MPL PH selalu mampu menjadi yang terbaik di dua gelaran M Series terakhir yang dimenangi oleh Bren Esports dan Blacklist International, plua dua gelaran MSC terakhir yang dimenangi Execration dan RSG PH.

Hal ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi komunitas esports yang ada di Filipina. Pasalnya kini mereka telah membuktikan sebagai yang terbaik di dunia, meski hadiahnya tidak sebesar game MOBA PC.

BACA JUGA: Indonesia kirim 2 tim MLBB di IESF World Championship? Ini isyaratnya